Apa jadinya bila para perempuan berkumpul, bersatu untuk saling memulihkan diri dari keterpurukan mental?
Sebagaimana kemarin tanggal 11 Oktober yang diperingati sebagai hari kesehatan mental, maka kisah tentang kesehatan mental kali ini juga akan aku bagikan kepadamu.
Memang ini bukan tentang kisahku.
Ini tentang kisah para ke-25 perempuan tangguh yang semoga saat ini sudah sembuh serta membaik dan akan terus bersinar menghadapi masa depan. Kedua puluh lima perempuan hebat ini bersatu dalam buku antologi yang berjudul PULIH.
PULIH
Tebal: 306 halaman
Ukuran: 14x20 cm
ISBN: 978-623-7841-76-0
Terbit: Agustus 2020
Seperti judulnya, buku Pulih ditujukan untuk menolong para perempuan lain, bahkan mungkin juga untuk para lelaki, yang mungkin saja mengalami hal yang sama, yang mungkin terjadi seperti kisah dalam buku ini.
Dilihat dari judulnya, tentu saja kita akan bertanya-tanya, seperti apa isi bukunya. Mengapa dinamakan Pulih? Serta pertanyaan lainnya.
Beruntung kemarin pas tanggal 17 Oktober 2020, aku kebagian seat untuk ikut webinar melalui Zoom dalam Bincang Pulih bersama IIDN dan Ruang Pulih.
Bahkan, sebelum sesi zoom dimulai, Mbak Intan Maria Halim selaku founder Ruang Pulih mengajak kami mewarnai mandala art. Aku juga ikut mewarnai mandala cinta sebagai art theraphy. Ternyata mewarnai bisa seseru dan semenyenangkan ini.
Aku teringat kembali Do Hyun-su dalam Flower of Evil. Jika tidak salah, dia juga melakukan art therapy sebagai salah satu terapinya.
Art therapy yang dilakukan oleh para peserta Bincang Pulih bukan cuma hanya main-main. Kira-kira bisa diartikan, begini lho, salah satu cara yang dilakukan oleh Ruang Pulih untuk menangani para kliennya. Seperti tujuan mewarnai mandala cinta,
Cintai dirimu!
Dan temukan warnamu!
Buat seseruan, semua peserta webinar membawa hasil mandalanya yang sudah diwarnai untuk diperlihatkan saat zoom. Sayangnya, aku mewarnai mandala pake digital, jadi tidak bisa dipamerkan saat zoom deh. Harusnya sih bisa ya, kalau punya dua gawai.
Salut kepada IIDN yang sudah mewadahi kesemuanya karena kita semua tahu, proses pembuatan antologi itu tidak semudah membalikkan gimbal udang ketika sudah agak gosong. Apalagi bertemakan tentang kesehatan mental.
Mbak Widyanti Yuliandari selaku ketua IIDN mengatakan saat bergandengan dengan Ruang Pulih, memang mendapatkan ide di the last minute.
Beliau rindu pada penerbitan antologi yang tidak hanya bermanfaat untuk pembaca, melainkan juga untuk penulisnya. Selain itu juga sebagai katarsis atau cara mengungkap emosi. Tidak semua orang mampu untuk mengungkapkan emosinya hingga terjadi bunuh diri, depresi dan lain sebagainya.
Kabar baiknya, sebagian dari penulis buku Pulih sudah sembuh, tetapi ada juga yang masih harus dibantu untuk sembuh. Masih terus dilakukan proses pendampingan oleh Ruang Pulih. Karena namanya pulih merupakan sebuah proses. Seperti ibarat pembuatan pondasi baru, yang akan terus mengalami guncangan dan mungkin akan rapuh sehingga butuh pendampingan. Tetapi, tidak semua butuh pendampingan.
Harus diakui, buku antologi kali ini sangat membantu para penulisnya untuk benar-benar pulih dari keterpurukan mental.
Sungguh, bila boleh meminta, tentu tidak ada yang ingin terpuruk dan terlarut dalam kesedihan. Semuanya pasti meminta diberikan mental yang sehat.
Kesehatan mental berarti mampu melihat potensi diri sendiri, melihat sisi positif, mampu menolong orang lain, mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya. - dr Maria Rini
Banyak yang tergores luka.
Banyak yang masih memiliki pahatan luka hingga sekarang.
Banyak dari kita yang masih membutuhkan pertolongan.
Di sinilah kita semua ada, untuk saling menolong. Bukan untuk menambah kesakitan itu sendiri, ibarat menabur garam pada luka. Aku salut pada kesemuanya, dengan menuliskan luka mereka ke dalam tulisan, seperti ibarat membuka luka lama.
Berkat dorongan dan pendampingan dari IIDN dan juga Ruang Pulih, kesemuanya akhirnya mampu menuliskan luka batin mereka ke dalam tulisan.
Para penulis diyakinkan dari awal, bahwa mereka harus sumeleh, meyakinkan pada diri kita dan juga orang lain bahwa ini merupakan jalan untuk menolong orang lain.
Bincang Pulih kemarin malam itu benar-benar petjah!
Selain membahas isi buku Pulih, banyak juga pertanyaan dari teman-teman. Tentang bagaimana pendampingan selama masa pulih. Atau mungkinkah pulih bisa didapatkan jika masih ada sumber masalah di sekitar kita.
Dokter Maria Rini, psikiater dari RSJD Surakarta menjelaskan, untuk mengatasi pemulihan ini apa bisa dilakukan sendiri atau butuh pendamping akan dikembalikan pertanyaanya pada pasien. Apakah kita bisa menolong diri kita sendiri? Entah dengan membaca buku, mengikuti kelas-kelas penembangan diri, dll Kalau merasa tidak bisa, baru kita bisa meminta tolong ahli profesional.
Sementara itu jika sumber masalah masih ada di sekitar kita. Mungkinkah pulih bisa didapatkan? Dijelaslan kembali oleh dr Maria Rini adalah tentang bagaimana cara kita memutuskan untuk tetap di lingkungan itu berarti kita harus berubah. Kita pun harus mengubah respon kita terhadap orang itu.
Pun, aku rasa untuk membaca buku Pulih juga dibutuhkan jiwa yang kuat, mental baja bak Gatotkaca, otot kawat, tulang besi. Tetapi justru dengan membaca buku PULIH, kita tahu mereka sedang berjuang, akan ada penyelesaian juga obat untuk mengobati luka mereka.
Seperti titik balik di dalam sebuah tulisan indah di buku Pulih.
Writing is healing. Waktu memang tak bisa menyembuhkan luka,Namun waktu menemaniku melalui semua lukaku,dan semua rasa kehilanganku.Aku mensugesti diriku untuk bangkit, untuk sembuh dan untuk kuat.-Triana Dewi
Membaca buku Pulih tidak perlu khawatir jika akan membawa energi negatif terseret arus ke diri kita sendiri. Menurut dr Maria Rini, membaca buku Pulih berarti membaca makna dari setiap cerita yang tersajikan. Harapannya memang dapat mencerahkan sehingga menjadi energi positif bagi pembaca.
Seperti halnya bunga kenikir yang mekar saat musim gugur, yakinlah setiap masalah yang kita miliki akan gugur dan bergantikan dengan bunga yang indah.
Terima kasih sudah memberikan kami banyak inspirasi ❤
Terima kasih Mbak Rani sudah menulis ttg buku PULIH 😍
BalasHapusLega rasanya ketika bersama dalam sebuah grup yang emmeiliki satu tujuan yang sama.
BalasHapusMemang proses healing ini tidak pernah mudah, apalagi yang suka denial kaya aku...heuheu~
Buku ini menyajikan kepedihan sekaligus solusi untuk mengatasinya ya Mba
BalasHapusKeren banget!
Salut ama buibu yg bersedia berbagi kisah di sini.
Ya ampun aku terharu banget baca beberapa kisah di buku Pulih ini. Ternyata banyak sekali orang yang berjuang sekuat tenaga di luar sana demi bisa pulih dari luka masa masa lalunya. Inspiratif!!!
BalasHapusPenasaran dengan isi bukunya. Pasti masing² cerita punya kisah yang menarik dan banyak hikmah disebaliknya. Dukungan dari sekitar emang mujarab untuk mendukung kesehatan mental seseorang ya mbak
BalasHapusKayaknya kita sama-sama terlewat menuliskan mba Ran, bahwa dalam antologi ini ada satu kisah lelaki tp dituliskan perempuan. Iya nggak sih? Yang bapak2 kena PHK ituu :)
BalasHapusWarna mandala cintanya apik, Mbak ... saya juga salut dan bangga dengan IIDN sudah memfasilitasi terbitnya PULIH dan webinar ini. Masya Allah ... luar biasa.
BalasHapusTernyata tiap orang punya masalah sendiri tapi ada yang sudah selesai dan belum. Lewat buku pulih kita bisa mengambil hikmah ya untuk kebaiakan kesehatan mental
BalasHapusWah hebat sekali para perempuan penulis buku antologi ini. Congrats ya 😘 Isi ceeitanya bakalan mengharukan, bikin penasaran nih. Tiap penulis pasti ada kisah pilu yg kemudian bisa pulih pada akhirnya.
BalasHapusBuku inspiratif yang tak hanya membantu penulis untuk pulih tapi juga pembaca bukunya. Proyek buku keren yang punya misi mulia! Karena di luar sana banyak yang sedang tak baik-baik saja kesehatan mentalnya dan butuh pulih seperti sedia kala
BalasHapusAku penasaran pengen baca bukunya, ini tuh aku sempat baca reviewnya dan bagus banget.
BalasHapusBeberapa bulan lalu aku juga baca buku terkait kesehatan mental...Makasih ya mba rekomendasinya, kumasukin ke list baca nih...Karena lagi aware dan suka baca terkait tema ini
BalasHapusSemoga siapa saja yang membaca buku antologi Pulih ini bisa mendapatkan pencerahan dan menjadi lebih tenang yaa mbak.
BalasHapusLuka masa lalu kadang emang susah dilupakan.
BalasHapusSemoga saja yang baca buku ini bisa mendapat inspirasi bagaimana menghapus/ melupakan luka dan yang lbh penting bagaimana memaafkan diri sendiri ya mbak.
Halo mba Rani, aku penasaran untuk membaca bukunya. Dukungan yang dilakukan oleh Yayasan Pulih ini memang penting banget
BalasHapusAkutu mau nanya kak Ran iih...mewarnai Mandala secara online itu pakai apa?
BalasHapusHeuehu~
Aku kemarin mewarnai dalam imajinasi.
((HAH?!?!))
Luar biasa sekali IIDN, sering banget ngumpulin teman teman untuk menulis antologi. Pulih ini yang terbaru ya mbk, penasaran banget sama bukunya
BalasHapusAku baru sempat warnain sedikit mandalanya hihi..salut untuk kontributor berbagi kisah luka batinnya, semoga jadi cermin untuk pembaca..
BalasHapusGrand launching Pulih kemarin berkesan banget. Suka waktu temen-temen pada nunjukin hasil Mandala Art Therapynya dan menyesal nggak ikutan proyek ini. Aku bakal beli buku ini.
BalasHapusBerarti teraphi warna ini memang nagus buat pemulihan jiwa ya. Termasuk terapi menulis ya. Salut sama IIDN bisa menyalurkan terapi penyembuhan mental lewat buku.
BalasHapusSaya sudah punya buku ini, Mbak. Tapi memang harus pelan-pelan saat membacanya. Banyak inspirasi di sana, tapi memang harus kuat dan tidak terbawa sedih. So far proyek antologi ini keren banget menurutku.
BalasHapussetiap orang punya cara menyembuhkan diri.., mungkin lebih mengalihkan ke hhobi ya..seperti menulis dan mewarnai..
BalasHapusBukunya pasti keren nih, mba. Dalam hal apa pun proses itu penting dan terkadang butuh waktu yang tidak sedikit.
BalasHapus